Ternyata yang dilihatnya itu adalah awal dari petaka hingga merenggut nyawa temannya.
"Tapi tiba-tiba, suporter yang turun ke lapangan berlarian mendekat pagar tribun penonton."
"Dari arah lapangan, terlihat tembakan gas air mata bertentangan. Saya dan Hendrik langsung ketakutan dan mempercepat melepas spanduk," jelasnya.
Ia dan Hendrik saat itu langsung bergegas dan berupaya keluar dari stadion untuk pulang.
Saat akan keluar, Hendrik menghentikan langkahnya untuk menolong suporter wanita yang jatuh pingsan dan saat itulah ia terpisah dengan kawannya.
Padahal, di dekat pintu keluar sudah berjubel orang yang menunggu giliran untuk keluar.
"Saya harus lompat pagar untuk bisa keluar cepat," tambah dia.
Andreas pada akhirnya berhasil keluar dari stadion dan menuju ke parkiran motor.
Namun sampai pukul 02:00 WIB, ia tidak melihat sosok kawannya lagi.
Baca Juga: Bermotor Ceria ke Stadion Kanjuruhan, Waktu Pulang Benar-Benar 'Pulang'
Ia pun mecoba mengelilingi sekitaran stadion, hingga ia menemukan informasi untuk mengecek kawannya di rumah sakit.
"Akhirnya saya sama teman dari Purwosari keliling rumah sakit. Dan, ketemu sama Hendrik tapi sudah di kantong jenazah."
"Saya langsung sedih dan panik seketika itu. Saya tidak bisa berkata - kata mas, sahabat saya pergi selamanya," ujarnya.
Andreas mengaku tidak menyangka teman nonton sepak bolanya sudah tiada.
Sepanjang jalan pulang ke rumah, ia tidak henti meneteskan air mata.
"Jujur saya tidak menyangka. Niatnya menolong perempuan itu, justru dia juga ikut akhirnya tidak tertolong," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di TribunMadura.com dengan judul Kisah Aremania Tunggu Sahabat Keluar Stadion Kanjuruhan, Pulang Hanya Bawa Motor, Tinggal Nama
Source | : | Tribunmadura.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR