“Kadang-kadang suka ada orang minta tolong kirimi barang. Paling dapat Rp 30.000 sampai Rp 40.000. Tapi enggak setiap hari, paling dua hari sekali,” tutur dia.
Selain membuat dapur “ngebul”, Didi juga harus dipusingkan dengan bayar kontrakan.
Pembayaran yang jatuh tempo pada tangga 2 Mei mendatang pun mau tak mau harus dihadapi dengan kantong kosong.
Belum lagi soal cicilan motor yang masih tersisa 17 bulan untuk dilunaskan.
Dia mengaku tidak mendapatkan keringanan biaya mencicil.
Pihak leasing hanya memberikan kelonggaran waktu untuk membayar cicilan.
“Kalau begitu sama saja bohong,” celetuk Didi.
Pikir Didi, jangankan 17 bulan cicilan motor, malam ini saja belum tentu keluarganya bisa makan.