Sosiolog Kriminal UGM Soeprapto mengatakan bahwa instruksi Herry terbukti ampuh meredam aksi tawuran karena beberapa geng pelajar kesulitan mencari musuh.
Geng tersebut kemudian mencari musuh secara acak.
Jika awalnya kekerasan terjadi karena balas dendam, saat ini motifnya menjadi lebih beragam.
Mereka juga menunjukkan eksistensi dengan campur tangan alumni atau pihak lain yang memiliki kepentingan.
Dengan melibatkan remaja atau anak-anak maka hukuman kejahatan yang dilakukan akan lebih ringan.
"Pihak tertentu itu ikut nimbrung supaya tujuannya tercapai, istilahnya bisa nabok nyilih tangan.
Sebab kalau kejahatan dilakukan remaja atau anak-anak hukumanya ringan," kata Soeprapto, saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/1/2020).
Soeprapto mengatakan kasus klitih banyak terjadi malam hari sehingga orangtua harus lebih ketat melakukan pengawasan pada anaknya.