“Rem cakram sepeda motor saya sering patah. Seingat saya, sudah empat kali rem cakram motor dinas ini patah,” sebut ibu tiga anak ini sambil tertawa lepas.
Ya begitulah Nurasiah. Dalam cerita pahit pun ia masih bisa tertawa.
Demikian juga dalam hal melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru, alumnus MAN Sigli ini tak pernah mengeluh.
Padahal ia hanyalah seorang guru kontak, dengan gaji hanya Rp 700.000 per bulan, dan terkadang harus membuat kue untuk menambah pemasukannya.
Baca Juga: Bikers Pasti Kesal, Bejat! Guru SMP Perkosa dan Potret 25 Gadis Bugil, Dijual Harga Segini...
Bahkan dalam kondisi hamil muda saat ini yang sebenarnya sangat rentan dengan goncangan, Nurasiah pun tetap semangat pergi mengajar.
Rasa lelah setelah menempuh dua jam lebih perjalanan seketika sirna saat tiba di sekolah, menatap satu per satu muridnya yang menyambut dengan ceria.
Nurasiah sangat bangga dengan profesinya sebagai guru, meski hanya berstatus kontrak dan ditempatkan di daerah terpencil.
Nurasiah awalnya menjadi guru kontrak pada tahun 2005 di SD Pouteumeureuhom di Simpang Tiga, Pidie. Saat itu ia ikut program Unicef, dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa dan tsunami.
Source | : | Serambinews.com |
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR