Nurasiah Perempuan Tahan Banting, Kondisi Hamil Naik Motor Libas Jalanan Hancur Puluhan Kilometer, Demi Tugas Mulia

By Ahmad Ridho, Senin, 20 Juli 2020 | 10:15 WIB

Nurasiah sosok perempuan tahan banting, kondisi hamil naik motor libas jalanan hancur sejauh 12 kilometer, demi tugas mulia.

GridMotor.id - Nurasiah sosok perempuan tahan banting, kondisi hamil naik motor libas jalanan hancur sejauh 12 kilometer, demi tugas mulia.

Mengendarai sepeda motor sejauh 12 kilometer di jalanan terjal dan berbatu tidaklah gampang, apalagi berbatasan langsung dengan tebing dan jurang, salah-salah nyawa taruhannya.

Namun Nurasiah tak pernah menyerah. Panggilan hatinya sebagai guru, menuntunnya untuk terus datang, walau di tengah kondisinya yang tengah hamil muda sekalipun.

Delapan tahun sudah Nurasiah (47) mengajar di SD Gampong Pucok, Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie. Sebuah daerah transmigrasi lokal yang berada di kawasan pegunungan Geumpang, Kabupaten Pidie, D.I. Aceh.

Baca Juga: Miris, Seorang Guru Ternyata Dalang Komplotan Maling Motor Antarnegara, Sudah Sembilan Kali Beraksi

Baca Juga: Bikers Bingung Apa Benar Kalung Eucalyptus Bisa Cegah Penularan Virus Corona, Guru Besar UGM Sampai Ikut Bereaksi

Status Nurasiah hanyalah sebagai guru kontrak.

Setiap hari, Nurasiah naik sepeda motor menuju sekolah. Berangkat dari rumahnya di Beureueh, Kecamatan Mutiara, pukul 07.10 WIB dan sampai tujuan sekitar pukul 09.30 WIB.

Berarti dalam sehari ia menghabiskan waktu sekitar 4 jam di perjalanan, pergi dan pulang sekolah.

Lamanya waktu tempuh di perjalanan ini tak lain karena kondisi jalan yang sulit, terjal dan berbatu, diapit tebing dan jurang.

Baca Juga: Air Mata Bahagia Langsung Banjir, Motor dan Rumah Guru Honorer Terbakar Dapat Kejutan dari Kepala Sekolah, Hadiahnya Bikin Penasaran

Hal ini tentu sangat menguras tenaga dan butuh kehati-hatian ekstra. Tergelincir sedikit saja, nyawa menjadi taruhannya.

"Saya pernah sekali nyaris terjun ke jurang saat sepmor gagal mendaki. Beruntung tersangkut di pohon yang tumbuh di pinggir jalan," kenang Nurasiah yang ditemui rekan Serambinews.com, Sabtu (18/7/2020).

Belum lagi risiko tertimpa longsor.

Jalan yang selalui dilalui Nurasiah termasuk lintasa yang sering mengalami longsor saat musim hujan.

Baca Juga: Haru! Demi Cegah Penyebaran Covid-19, Para Guru Naik Motor Trabas Sungai Untuk antarkan Rapot Muridnya

Saat ini saja, ia sebutkan masih terdapat sebuah batu besar di tengah jalan yang belum dipindahkan.

Batu itu jatuh dari atas tebing jalan.

Karena seringnya melintasi jalan tersebut, Nurasiah sampai hapal titik-titik jalan tertentu yang harus diwaspadai.

Ia menyebutkan ada 22 jalan mendaki yang harus dilaluinya setiap hari, di mana tiga di antaranya merupakan jalan mendaki yang sangat terjal.

Baca Juga: Video Guru Naik Motor Kompak Lewati Jembatan Nyaris Ambruk, Salah Satunya Sempat Nyangkut, Bikers Siap-siap Deg-degan Lihatnya

“Rem cakram sepeda motor saya sering patah. Seingat saya, sudah empat kali rem cakram motor dinas ini patah,” sebut ibu tiga anak ini sambil tertawa lepas.

Ya begitulah Nurasiah. Dalam cerita pahit pun ia masih bisa tertawa.

Demikian juga dalam hal melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru, alumnus MAN Sigli ini tak pernah mengeluh.

Padahal ia hanyalah seorang guru kontak, dengan gaji hanya Rp 700.000 per bulan, dan terkadang harus membuat kue untuk menambah pemasukannya.

Baca Juga: Bikers Pasti Kesal, Bejat! Guru SMP Perkosa dan Potret 25 Gadis Bugil, Dijual Harga Segini...

Bahkan dalam kondisi hamil muda saat ini yang sebenarnya sangat rentan dengan goncangan, Nurasiah pun tetap semangat pergi mengajar.

Rasa lelah setelah menempuh dua jam lebih perjalanan seketika sirna saat tiba di sekolah, menatap satu per satu muridnya yang menyambut dengan ceria.

Nurasiah sangat bangga dengan profesinya sebagai guru, meski hanya berstatus kontrak dan ditempatkan di daerah terpencil.

Nurasiah awalnya menjadi guru kontrak pada tahun 2005 di SD Pouteumeureuhom di Simpang Tiga, Pidie. Saat itu ia ikut program Unicef, dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa dan tsunami.

Baca Juga: Modus Pura-pura Tanya Jalan, Tas Seorang Guru Ngaji Diambil Jambret Bermotor, Aksinya Terekam CCTV

Ia mengajar di SD tersebut hingga 2012. Namun dua tahun menjelang berakhirnya masa kerja Unicef, keluarganya ditimpa musibah, rumah orang tuanya di Beureueh habis terbakar.

Tahun 2013, ia disarankan oleh Dinas Sosial Pidie dan Dinas Pendidikan Pidie untuk dialihkan kontrak ke SD transmigrasi lokal di Geumpang, dan terus berlanjut sampai sekarang.

Imum Mukim (pejabat adat langsung di bawah camat) Bangkeh, Kecamatan Geumpang, Nyak Cut, mengaku salut atas kegigihan Nurasiah dalam menjalankan profesinya sebagai guru, walau hanya berstatus kontrak.

Menurutnya, Nurasiah dan suami bahkan rela bergadang sampai malam jika menerima orderan membuat kue.

“Kita berharap pemerintah peduli dengan Nurasiah, guru kontrak yang memiliki nyali tinggi menempuh perjalanan 12 kilo menuju pedalam Geumpang,” pinta Nyak Cut.

 

https://aceh.tribunnews.com/2020/07/19/meski-hamil-nurasiah-tetap-semangat-menyusuri-jalan-terjal-dan-berbatu