Fahmy menilai perlu menaikkan harga Pertalite dan menurunkan harga Pertamax secara bersamaan.
"Maksimal selisih harga sebesar Rp1.500 per liter," sebutnya.
Kebijakan harga tersebut, diharapkan Fahmy, akan mendorong konsumen Pertalite migrasi ke Pertamax.
Perlu juga dilakukan komunikasi publik secara besar-besaran bahwa penggunaan Pertamax sesungguhnya lebih baik untuk mesin kendaraan dan lebih irit.
Fahmy menyindir Menteri Keuangan Sri Mulyani yang hanya mengeluhkan kuota BBM subsidi jebol.
Fahmy Radhi mengingatkan agar pemerintah mengeluarkan kebijakan tegas dan lugas.
"Untuk mencegah jebolnya kuota BBM bersubsidi tidak bisa hanya dengan mengeluh dan menghimbau saja," ucap Fahmy.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengeluhkan jebolnya kuota BBM subsidi.
Pasalnya, konsumsi BBM Pertalite hingga Juli 2022 sudah mencapai 16,8 juta kilo liter (KL) setara dengan 73,04 persen dari total kuota ditetapkan sebesar 23 juta KL, sehingga hanya tersisa 6,2 KL.
Baca Juga: Ketua Asosiasi Ojol Bilang Harus ada Penyesuaian Tarif Ojol saat Kenaikan BBM
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR