Gridmotor.id - BBM jenis Pertalite mengalami kelangkaan hingga membuat harga ecerannya naik.
Adapun di eceranya dari yang semula Rp 10.000 per botol, naik menjadi Rp 11.000 per botor.
Kenaikannya harga Pertalite eceran tersebut tidak lepas dari antrean panjang di beberapa SPBU Kota Palangkaraya.
Bahkan antrean kendaraan tampak mengular hingga keluar area SBPU.
Adapun kendaraan yang mengantre mayoritas dipenuhi oleh motor dan mobil.
Salah satu di SPBU juga sempat menginformasikan ke konsumen bahwa BBM Pertalite sedang dalam pengiriman.
Beberapa konsumen pun dibuat putar balik untuk mencari SPBU yang masih menyediakan BBM jenis Pertalite.
Fenomena tersebut membuat salah satu anggota DPRD Kota Palangkaraya, Noorkhalis Ridha, angkat bicara.
Baca Juga: Ada Pembatasan Pembelian Pertalite, Ketum Asosiasi Driver Ojol Komentar Begini
Menurutnya, pihaknya akan melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) menyusul adanya kelangkaan BBM Pertalite di berbagai SPBU.
Meski begitu, Ridha merasa aneh lantaran hanya Kota Palangkaraya yang mengalami kelangkaan BBM Pertalite.
Padahal di kota bahkan provinsi lain tidak terjadi peristiwa demikian.
"Kelangkaan Pertilate ini hanya terjadi di kota Palangkaraya. Saya sempat ke kabupaten tetangga, bahkan provinsi tetangga. Semua berjalan dengan normal, tidak ada antrean bensin pertalite seperti di Palangkaraya," jelasnya.
Pihaknya akan mendorong segera dilaksanakan RDP dengan instansi dan perusahaan terkait serta pemilik SPBU.
Harapannya agar segera ditemukan solusi atas permasalahan tersebut.
"Kalaupun, kelangkaan karena pasokan pertalite yang dikurangi utk kota Palangkaraya, harus juga ada dasarnya? Tidak bisa kebijakan pengurangan diambil secara sepihak," tegas Noorkhalis Ridha.
Baca Juga: Saat Isi BBM, Pemotor Wajib Turun Dari Motor Meski Tangki Bensin Ada Di Depan
Artikel ini telah tayang di Tribunkalteng.com dengan judul Antrean Makin Panjang Harga Eceran Pertalite Naik, Dewan Palangkaraya Akan Panggil Pemilik SPBU
Source | : | tribunkalteng.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR