Gridmotor.id - Buat bikers yang punya prangko ini, sebaiknya untuk segera ditukar.
Pasalnya prangko ini bisa ditaksir mahal sekali karena lagi diburu sama para kolektor perangko atau filatelis.
Adapun prangkonya ternyata sudah ada sejak jaman masa kolonial Belanda.
Pada masa itu, lalu lintas surat antara Negeri Belanda dengan negara jajahannya, termasuk Indonesia, cukup ramai.
Pemerintah Hindia Belanda pun menerbitkan prangko sebagai bukti alat bayar yang sah pengiriman surat.
Prangko pertama itu memiliki warna merah anggur yang memuat gambar Raja Willem III dari Belanda dalam bingkai berbentuk persegi.
Pada bagian atas prangko terdapat tulisan “10 cent” dan pada bagian bawahnya memuat tulisan “postzegel”.
Di bagian kiri memuat tulisan “Nederl", serta pada bagian kanan memuat tulisan “Indie”.
Baca Juga: Dijamin Tajir Kalau Koleksi Uang Koin Rp1.000 Kelapa Sawit, Harganya di Toko Online Gak Main-main
Gambar prangko ini dirancang oleh TW Kaiser dari Amsterdam.
Sudah berusia 157 tahun, prangko pertama Hindia Belanda itu tentu saja saat ini sudah langka.
Tetapi jangan salah brother, prangko itu masih bisa ditemukan di sejumlah museum prangko, termasuk di Museum Prangko Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Kepala Museum Prangko TMII Cadria Aditama menjelaskan, prangko pertama di Hindia Belanda itu tidak dicetak di wilayah nusantara, melainkan di Belanda.
"Prangko pertama yang Willem III itu percetakan Belanda. Dicetak di Belanda untuk disebarkan di nusantara," kata Cadria dikutip dari Kompas.com.
Mengutip Kompas edisi 15 Oktober 2006, harga prangko pertama di Hindia Belanda ini semakin hari semakin tinggi karena jumlahnya yang makin langka.
Wah, kemungkinan harga jualnya setara dengan motor Yamaha NMAX.
Dan ternyata, terha jual prangko tersebut senilai Rp 1,6 miliar!
Baca Juga: Bikin Heboh Uang Koin Rp 500 Ditukar Jadi Rp 750 Ribu, Auto Kaya Cepat!
Enggah cuma buat beli Yamaha NMAX saja itu, tapi juga rumah!
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Prangko Pertama di Indonesia, Harganya Capai Rp 1,6 Miliar"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR