Sebelumnya, dalam kunjungan ke sejumlah sekolah di Kota Bogor, Nadiem banyak mendengar curhat dari para tenaga pengajar mengenai kendala dalam belajar daring.
Hal yang paling krusial dialami oleh guru dan peserta didik di Kota Bogor dalam menjalankan sistem PJJ adalah ketersediaan kuota internet dan jaringan.
Nadiem sendiri mengakui sebenarnya sejak awal dirinya tidak menginginkan adanya metode pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Ia mengatakan, kebijakan pembelajaran jarak jauh ini terpaksa dilakukan.
Baca Juga: Penting Nih, Bikers Harus Tau NISN Anaknya Saat Lulus Sekolah, Tinggal Klik Langsung Ketahuan
"Dalam hati saya, saya tidak ingin PJJ terjadi, saya ingin semua anak kembali tatap muka. Jadi PJJ itu bukan kebijakan pemerintah, PJJ itu kita terpaksa,” katanya saat mengunjungi SDN Polisi 1 Bogor.
Nadiem kemudian menjelaskan, PJJ terpaksa diambil agar anak-anak tetap dapat melanjutkan pendidikan.
Sebab jika tidak ada PJJ, maka pembelajaran anak akan terhenti akibat pandemi Covid-19.
"Pilihannya adalah ada pembelajaran, atau tidak ada pembelajaran sama sekali karena krisis kesehatan. Jadi PJJ itu bukan suatu yang diinginkan," ucap Nadiem.
Baca Juga: Bikers Pasti Kesal, Bejat! Guru SMP Perkosa dan Potret 25 Gadis Bugil, Dijual Harga Segini...
Maka dari itu, Nadiem menuturkan pembelajaran tatap muka memang sangat direkomendasikan bagi para pelajar.
Sebab, dengan begitu guru dapat mengetahui kondisi dari para siswanya.
"Tidak ada yang bisa menggantikan interaksi tatap muka," tegasnya.
"Di situlah kita bisa merasakan emosionalnya, di situlah kita bisa merasakan energi di sekolah," lanjut Nadiem.
"Sehingga kita tahu siswa lagi senang, sedih, dia ngerti, kita lebih sensitif tatap muka gitu, saya sebagai orang tua menyadari ini, Saya membantu mereka lewat zoom tapi tidak sama," ujarnyaa.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Erwan Hartawan |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR