Baca Juga: Super Sibuk, Kru Tim Balap Bersih-bersih Komponen Motor Jelang MotoGP Australia 2019
“Kalau naik odong-odong, puteran jauh sampai ke Cempaka Timur juga tetap bayar Rp 5000 ke saya. Kalau tidak ada odong-odong kasian juga masyarakat,” kata Dimas.
Dimas mengatakan, odong-odong menjadi salah satu mata pencarian warga Cempaka Putih.
Pengemudi biasanya mereka yang putus sekolah. “Warga sini (Cempaka Putih) semua sopirnya.
Ada 20-an orang lah kira-kira. Yang diambil anak muda yang putus sekolah,” katanya.
Baca Juga: Rayuan Maut Sales Motor Makan Korban, Harta dan Motor Calon Pembeli Dibawa Kabur
Kekhawatiran sama disampaikan Deni (27), pemuda yang sudah dua tahun menjadi sopir odong-odong.
Ia mengaku tidak memiliki keahlihan lain jika harus berpindah profesi.
“Saya cuma bisa beginilah naik motor bawa anak-anak sekolah. Ibu-ibu ke pasar udah seneng dibanding nyolong atau gimana kan,” katanya.
Deni bercerita, ia pernah terkena penertiban. Saat itu, odong-odong yang bukan miliknya disita dan dibawa ke kantor kelurahan Cempaka Putih Timur.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fadhliansyah |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR