Geger Soal Kalung Antivirus Pembunuh Wabah Corona, Begini Penjelasan Kementan yang Harus Diketahui Bikers

By Ahmad Ridho, Minggu, 5 Juli 2020 | 08:56 WIB

Geger soal kalung antivirus pembunuh wabah corona, begini penjelasan Kementan yang harus diketahui bikers.

Baca Juga: Bikers Jangan Pandang Sebelah Mata, Dikenal Sebagai Pembunuh Paling Banyak di Dunia, Ternyata Virus Corona Juga Punya Sisi Posisi Positif, Begini Kata CEO Amal WildAid

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan membeberkan sejumlah keunggulan antivirus berbahan tanaman eucalyptus ini.

Kepala Badan Litbang Pertanian Kementan Fadjry Djufry menjelaskan, penemuan antivirus ini sebagai salah satu upaya pemerintah dalam mencari obat untuk mencegah dan menangani virus corona penyebab Covid-19 yang masih mewabah di Indonesia.

"Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, secara laboratorium secara ilmiah kita bisa buktikan," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/7/2020).

Menurut dia, eucalyptus selama ini dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut.

Baca Juga: Bikers Harus Waspada, Kenali Tanda-tanda Sakit Kepala Karena Migrain dan Terpapar Covid-19, Keluhan Semakin Banyak

"Minyak eucalyptus ini juga sudah turun menurun digunakan orang dan sampai sekarang tidak ada masalah, sudah puluhan tahun lalu orang mengenal eucalyptus atau minyak kayu putih, meskipun berbeda sebenarnya, tetapi masih satu famili hanya beda genus di taksonomi," jelas dia.

Menurut Fadjry, minyak atsiri eucalyptus citridora bisa menjadi antivirus terhadap virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus.

Penemuan tersebut disimpulkan melalui uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan.

Dia mengatakan, laboratorium tempat penelitian eucalyptus telah mengantongi sertifikat level keselamatan biologi atau biosavety level 3 (BSL 3) milik Balai Besar Penelitian Veteriner.