GridMotor.id - Insiden kecelakaan di balap ATC 2019 yang digelar di sirkuit Sepang beberapa waktu lalu menewaskan pembalap Indonesia, Afridza Munandar.
Setelah motornya menabrak pembalap lain, Afridza terkapar dan langsung dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya enggak tertolong.
Insiden kecelakaan itu langsung membuat ayah mendiang Marco Simoncelli, Paolo Simoncelli angkat bicara.
Paolo Simoncelli bisa jadi salah satu orang yang tahu betul perasaan keluarga Afridza Munandar yang meninggal usai crash di Sepang akhir pekan lalu.
Baca Juga: Mata Berkaca-kaca Menahan Tangis, Penumpang Tega Hina Driver Ojol Gembel, Sampai Kasih Jari Tengah
Bagaimana tidak, Paolo Simoncelli adalah ayah dari Marco Simoncelli, pembalap yang meninggal di Sepang juga pada MotoGP Malaysia, 8 tahun lalu.
Saat itu Marco Simoncelli juga baru berusia 24 tahun dan sedang dalam masa-masa keemasannya.
"Aku bisa bicara sangat banyak soal Sepang tahun 2019 ini, contohnya, soal performa hebat Niccolo Antonelli naik banyak posisi dengan balapan manis padahal sedang menderita patah tulang selangka," kata Paolo Simoncelli.
"Atau juga kecelakaan Tatsuki Suzuki, yang crash karena Gabriel Rodrigo. Crash terjadi sangat tiba-tiba, seperti halnya insiden lainnya. Dan membuat hidup banyak orang berubah dalam 1 detik," jelasnya.
Menurut Paolo, Malaysia adalah tempat yang bisa dibilang tingkat spiritualnya tinggi, atau dengan kata lain angker.
"Suatu hari, aku pernah dikasih tahu seseorang yang spiritualnya tinggi, Malaysia adalah tempat paling spiritual di dunia. Artinya memang sangat dekat dengan kehidupan abadi," kata bos tim SIC58 SQUADRA CORSE Moto3 ini.
"Lalu kau mulai berpikir soal mengubah rute trek itu lebih baik, bahkan untuk salah 1 sirkuit terindah di dunia," tegas Paolo Simoncelli.
Insiden yang menimpa Munandar mengingatkan Paolo Simoncelli dengan kejadian serupa, tapi bukan kejadian meninggalnya anaknya di Malaysia dulu.
Baca Juga: Gokil, Marc Marquez Pukau Penonton dengan Aksi Kerennya, Bukan Cuma Jago Balap Ternyata
"Insiden ini mengingatkanku pada Juni 2016, ketika ada tulisan insiden tragis kematian Luis Salom di Barcelona," imbuh Simoncelli.
Simoncelli berharap bahwa akan lama untuk dirinya melihat lagi kematian pembalap.
"Kuharap akan sangat lama sampai terjadi lagi, tapi aku yakin kami akan mengalami lagi pengalaman paddock terdiam ketika orang-orang menangis dan hati mereka kesakitan, sekali lagi kehilangan seorang anak yang sedang menggapai mimpinya, hari ini datang, hanya 3 tahun," tegas Simoncelli.
Paolo Simoncelli sampai saat ini masih berharap anaknya hidup.
"Aku yakin dia akan kembali ke motor dan mencoba mengalahkan semua orang, untuk kembali melakukan manuver menyalip yang bagus dan mendapat tepuk tangan, dan melepaskan impiannya," sambungnya.
"Untuk menunjukkan hal indah bisa terjadi ketika kau tidak patah percaya pada mereka. Di Sepang, kita kembali lagi harus membayar dengan terlalu tinggi," tuntasnya.