Gridmotor.id - Harga Pertamax dianggap tidak bersahabat bagi pemotor hingga rela antre mengular di SPBU demi mendapatkan Pertalite.
Beberapa harga BBM mengalami kenaikan pasca pemerintah mengumumkan adanya perubahan harga BBM pada 3 September lalu.
Kenaikan harga BBM itu juga berlaku pada Pertalite maupun Pertamax.
Harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, sebelumnya Rp 7.650 per liter.
Kemudian, harga Pertamax kini naik menjadi Rp 14.500 per liter, sebelumnya Rp 12.500 per liter.
Meskipun harganya sudah naik, namun tetap saja BBM tersebut diserbu banyak pengguna kendaraan, termasuk pengendara motor alias pemotor.
Bahkan, beberapa pemotor ada yang sampai beralih dari jenis BBM Pertamax ke Pertalite.
Salah satunya dilakukan pemotor bernama Abdillah, yang juga seorang kurir di sebuah e-commerce.
Baca Juga: Kualitas Pertalite Buruk Hingga Dan Makin Boros Usai Harga Naik, Benarkah?
"Berasa banget kenaikan harganya. Awal-awal naik saya masih pakai Pertamax, dulu isi Rp 25.000 itu bisa buat dua hari, sekarang cuma satu hari," ujarnya dikutip dari Kompas.com.
Alasannya beralih dari Pertamax ke Pertalite, untuk menekan biaya operasional kendaraannya, atau harganya yang lebih terjangkau.
"Memang pada saat pakai Pertamax, ngisi itu selalu Rp 25.000 per hari. Pas pakai Pertalite tetap isi Rp 25.000, tetap juga buat dua hari," tuturnya.
Pilihannya untuk beralih menggunakan bahan bakar yang lebih murah membuatnya harus mengantre di SPBU
Antrean panjang pemotor untuk mengisi bensin Pertalite itu terjadi di hampir semua SPBU di Jakarta pada malam hari.
"Biasanya malem tuh. Saat mengisi pas banget orang pulang kerja. Itu hampir di mana-mana sama, kondisi pom bensin seperti itu. Tapi namanya buat dapat Pertalite, biar harus antre," kata Abdillah.
Nah, kalau bikers juga ikut beralih dari Pertamax ke Pertalite atau enggak nih?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Harga Pertamax Tak Terjangkau, Pengendara Kini Beralih ke Pertalite hingga Rela Antre di SPBU"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR