Adanya perubahan tarif tersebut membuat sebagian warga ibu kota beralih ke kendaraan pribadi.
Salah satunya yakni Wahyu, yang biasanya mengguanakan ojol 4 kali dalam sehari.
Dalam sekali perjalanan saja, ongkos yang harus dikeluarkan Wahyu saat ini mencapai Rp 14.000-18.000.
Belum lagi jika jam sibuk, maka tarif yang dipatok aplikator biasanya naik.
"Sehari itu bisa habis sekitar Rp 60.000-70.000," katanya.
Jika tarif ojol terasa jauh lebih mahal, maka Wahyu lebih memilih untuk beralih menaiki motor menuju kantornya.
"Naik motor sebenarnya capek kena macet. Tapi jelas ongkosnya lebih murah," katanya.
Hal serupa juga Sintia, yang tinggal di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Sejak adanya moda transportasi MRT yang stasiunnya hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari rumahnya, ia selalu mengandalkan transportasi tersebut.
Namun untuk menuju stasiun MRT Fatmawati, ia harus menggunakan ojek online.
"Dari rumah ke stasiun itu tarifnya sekarang sekitar Rp 15.000," katanya.
Baca Juga: Pesan Menteri Luhut Kepada Para Driver Ojol Untuk Tidak Kecil Hati
Dari stasiun Fatmawati, Sintia lalu menumpang MRT dan turun di Istora.
Namun jarak ke kantornya masih sejauh tiga kilometer sehingga ia harus kembali memesan ojek online.
Artinya, sama dengan Wahyu, Sintia juga menggunakan transportasi ojek online hingga 4 kali dalam sehari.
Kalau nanti tarif ojek online sudah naik, mungkin bisa lebih murah kalau naik mobil pribadi walaupun harus macet-macetan," kata dia.
Sintia pun kini kembali berencana pergi dan pulang kantor dengan menggunakan mobil pribadinya.
"Naik ojol dan MRT kalau lagi kena ganjil genap saja," ujarnya.
Artikel ini sebagian tayang di Kompas.com dengan judul "Tarif Ojol Naik, Sebagian Warga Ibu Kota Beralih ke Kendaraan Pribadi" dan di Tribunnews.com dengan judul Tarif Ojek Online Naik, Pengemudi Ojol Semringah
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR