Itu pun dengan prediksi harga minyak mentah di kisaran 100 dollar AS per barrel.
"Maka tidak heran arus kas operasional Pertamina semenjak Januari constantly negatif, karena Pertamina harus menanggung perbedaan (antara Harga Jual Eceran dengan harga keekonomian)," ucap Sri Mulyani.
Harga minyak mentah sudah mencapai 102,5 dollar AS per barrel dari prediksi awal 63 dollar AS per barrel.
Tingginya harga minyak membuat defisit kas Pertamina hingga Maret 2022 sudah negatif 2,44 miliar dollar AS atau Rp 35,28 triliun (kurs Rp 14.700).
Rasio keuangan yang memburuk ini dapat menurunkan credit rating Pertamina dan berdampak pada credit rating pemerintah pula.
"Kalau harus impor bahan bakar maka dia juga bayar dalam bentuk dollar AS. Ini yang menyebabkan kondisi keuangan Pertamina menurun," tandas Ani.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tahan Harga Pertalite, Kas Pertamina Bisa Tekor Rp 190 Triliun"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR