Mendengar jawaban tersebut, meminta staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) serta Dinas Sosial (Dinsos) untuk melakukan asesmen.
Hal ini terkait dengan keinginan latihan yang dikehendaki para ibu-ibu penyandang disabilitas.
"Nanti teman-teman SMK bisa kami tugaskan. SMK boga membantu komunitas ini. SMK dengan jurusan perbengkelan juga bantu komunitas ini. Setiap komunitas itu lah nanti kami harapkan bisa memanfaatkan peralatan yang ada," ujar Ganjar dalam siaran pers Rabu (9/3/2022).
Para penyandang disabilitas tersebut, kata Ganjar, nantinya harus didata dari awal kebutuhan dan pelatihan yang diinginkan.
"Untuk angkatan selanjutnya nanti kami akan lebarkan sayap guna melakukan semacam asesmen. Seperti kebutuhan awal, apakah mereka ingin pelatihan bengkel, boga, desain, atau mungkin coding. Siapa tau mereka punya talenta itu. Nah, itu kami tempelkan saja sesuai skill jurusan di SMK," katanya.
Ganjar meyakini bahwa para penyandang disabilitas tersebut akan menjadi entrepreneur bila dilatih dan dibina secara maksimal.
"Bukan tidak mungkin, dimulai dari yang kegiatan seperti ini nanti akan meningkat. Jadi dalam situasi seperti ini, penting untuk kami membantu mereka agar mereka bisa mandiri," ujarnya.
Ganjar mengungkapkan, pihaknya akan memperbaiki sistem pelatihan setelah angkatan kedua.
Ia juga meminta Dikbud dan Disnakertrans untuk membantu dan evaluasi.
“Harapan saya ada ujian semesternya. Kalau nanti mereka ada ujian semester dan kami dampingi terus akan ada hasilnya seperti apa. Jangan sampai mubazir," imbuhnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR