Sehingga Cahyono diperbolehkan pulang dan bisa berjalan kaki menuju rumah.
Cahyono mulai merasakan efek samping justru pada malam harinya.
Saat itu kondinya makin memburuk hingga Orangtua Cahyono memanggil dokter.
Begitu sang dokter tiba di rumah, Cahyono sudah dalam kondisi meninggal.
Ketua Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jabar Prof Kusnandi Rusmil, memberikan penjelasannya.
"Analisanya, (Cahyono) mengalami reaksi sedang (lemas). Kalau berat dia bisa pingsan," ucap Kusnandi.
"(Pasien) mengalami syok reaksi lambat," sambung Kusnadi.
Baca Juga: Bikers Catat Nih, Penumpang TransJakarta Wajib Punya Sertifikat Vaksin Covid-19
Kusnandi mengatakan, saat itu terjadi, seharusnya pasien dibawa ke rumah sakit atau puskesmas untuk diinfus.
Sebab pihak medis sudah mengetahui yang harus dilakukan ketika terjadi syok reaksi lambat pasca-imunisasi.
"Seandainya dibawa ke rumah sakit, pasti diinfus dan tertolong," ucap dia.
Pihaknya mengingatkan kepada masyarakat yang akan divaksin untuk jujur pada diri sendiri, pastikan tubuh dalam kondisi sehat saat divaksin.
Kemudian istirahat dan makan yang cukup sebelum divaksin.
Petugas imunisasi pun harus mewanti-wanti para peserta vaksinasi, jika terjadi sesuatu pasca-imunisasi, segera hubungi nomor kontak yang diberikan saat vaksin atau pergi ke rumah sakit atau puskesmas.
"Petugas imunisasi juga harus lebih teliti. Karena banyak yang kelihatannya sehat (tapi ternyata tidak). Jadinya petugas tertipu," tutur dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siswa SMK Meninggal Usai Divaksin, Sempat Beri Tahu Petugas Riwayat Penyakit, tapi Kenapa Tetap Disuntik?"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR