GridMotor.id - Viral uang koin kelapa sawit laku dijual Rp 100 juta bikers langsung berburu, Bank Indonesia malah komentar begini.
Sudah beberapa hari belakangan uang koin pecahan Rp 1000 bergambar kelapa sawit tengah jadi pembicaraan.
Bahkan uang koin dua warna ini langsung jadi buruan bikers.
Hal ini bukan tanpa alasan, beberapa waktu lalu ada yang bisa menjual uang koin kelapa sawit dengan harga fantastis, Rp 100 juta.
Bahkan saat ini banyak pedagang uang koin kelapa sawit dadakan yang menjualnya di toko online atau market place.
Di beberapa marketplace, ada yang menjual satu keping koin Rp 1.000 kelapa sawit keluaran tahun 1993 dengan harga hingga Rp 100.000.000.
Kolektor uang ada yang menganggap harga ini tak wajar, mengingat koin kelapa sawit itu bukan tergolong koleksi yang banyak dicari.
Penjualan koin dengan harga fantastis itu diduga untuk menaikkan nilainya di pasar uang lama.
Saat diminta tanggapan mengenai ramainya jual-beli uang koin Rp 1.000 kelapa sawit ini, Kepala Humas Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, uang koin tahun emisi 1993 dengan gambar kelapa sawit masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah sampai saat ini.
"Terkait dengan uang logam atau koin Rp 1.000 gambar kelapa sakit, kami sampaikan bahwa sampai dengan saat ini, uang logam pecahan Rp1.000 tahun emisi 1993 dengan gambar kelapa sawit masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah," ujar Onny saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/6/2020).
Uang koin belum dicabut dan belum ditarik dari peredaran.
Dalam proses transaksi, kata dia, nilai tukar uang itu sama dengan nilai nominalnya.
"Sebagai alat pembayaran yang sah untuk bertansaksi, nilai tukar uang logam dimaksud sama dengan nilai nominalnya yaitu Rp 1.000," lanjut dia.
Mengenai viralnya harga jual uang logam pecahan Rp 1.000 bergambar kelapa sawit, Onny menjelaskan, harga yang dibanderol bergantung pada kesepakatan antara pembeli dan penjual.
Umumnya, kesepakatan harga ini juga berlaku ketika ada yang akan mengoleksinya, dan tidak termasuk transaksi.
"Layaknya koleksi numimastic atau koleksi uang-uang kuno," kata dia.
Wajar atau tidak harga jual yang tinggi, menurut Ony, jika suatu barang sudah dianggap barang seni dan unik, susah untuk melihat unsur tersebut.
Mengutip pemberitaan Kompas.com, 18 Juni 2020, kolektor uang lama atau numismatik kolektor, Nazym Otie Kusardi, mengatakan, harga yang dibanderol itu tak wajar.
Menurut dia, penjual uang logam itu memasang harga "asal-asalan".
Menurut Nazym, uang koin kelapa sawit rata-rata dijual dengan kisaran harga Rp 3.000 sampai Rp 10.000 per keping.
"Itu orang jual ngawur saja. Masih banyak yang jual dengan harga Rp 3.000 sampai Rp 10.000 per keping," kata Nazym saat dihubungi Kompas.com, Kamis (18/6/2020).
Kecuali, kata dia, jika uang itu memiliki kekhususan lain seperti uang cetakan khusus atau proof.
Uang logam proof Rp 1.000 bisa dijual hingga Rp 4 juta, tergantung dari kondisi uang tersebut.
Sejarah uang koin kelapa sawit
Dari sejarahnya, uang pecahan Rp 1.000 bergambar kelapa sakit ini memiliki nama asli yakni Uang Logam Bank Indonesia Emisi 1993.
Berdasarkan keterangan di laman Bank Indonesia, uang tersebut diterbitkan pada 8 Maret 1993 dan tidak ada penarikan dari pihak BI hingga saat ini.
Adapun uang logam ini memiliki ciri berbentuk bulat pipih, dengan berat 8,60 gram, dan tebal 2,40 mm.
Pada bagian luar atau logam berwarna keperakan diameternya 26 mm, sedangkan pada bagian dalam atau logam bagian kuning diameternya 18 mm.
Baca Juga: Nganggur Gak Punya Duit, 2 Tabung Gas Raib Digondol Maling, Langsung Kabur Pakai Motor Matic Mberr
Ciri lain yang tampak yakni adanya teks "KELAPA SAWIT" dan "Rp 1.000" di sisi belakang.
Sementara, pada sisi depan uang terdapat teks " BANK INDONESIA" dan lambang Garuda Pancasila.
Menurut pemberitaan Harian Kompas, 23 Desember 1993, uang pecahan Rp 1.000 bergambar kelapa sawit itu terbuat dari cupro-nikel di lapisan luar dan aluminium bronze di lapisan dalam.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kata BI soal Uang Koin Rp 1.000 Kelapa Sawit",
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR