Setelah bersepakat akhirnya pihak keluarga menyetujui menandatangani surat tersebut.
"Surat telah ditandatangani namun selama 2 jam selang baru dipasang ke paru-paru. Selama itu kami diminta menunggu, saya sempat marah dan heran mengapa tim medis sibuk mengambil sampel darah adik saya untuk uji Covid-19," ujar Feri.
Pukul 09.00 WIB kondisi pasien drop, medis mengambil tindakan dengan pompa oksigen dan detak jantung hingga pukul 09.10 WIB adik saya dinyatakan meninggal dunia.
"Saya merasa kecewa penanganan medis terlalu fokus pada Covid-19 sementara pasien lain diluar Covid-19 kurang mendapatkan perhatian, akhirnya adik saya sebagai contoh meninggal dunia karena lambannya penanganan," kisah Feriansyah.
Baca Juga: Ngeri! Video Detik-detik Gagal Hindari Pemotor, Mobil Hancur Usai Seruduk Teras Rumah
Dokter bedah saraf hanya ada 1 di Bengkulu Direktur RSUD M. Yunus, Zulkimaulub Ritonga saat dimintai konfirmasi menyebutkan pihaknya tidak menolak pasien kecelakaan tersebut.
"Pertama kami ikut berbelasungkawa atas kejadian ini. Kedua pasien tidak ditolak tetap kami layani hanya saja di Bengkulu ini pelayanan bedah saraf satu-satunya ada di RSUD M Yunus, dokter bedah saraf hanya ada satu di Bengkulu.
Sementara riwayat pasien sebelum ke RSUD M Yunus telah mendatangi beberapa rumah sakit lain yang tidak ada ahli bedah saraf," jelas Zulkimaulub.
Bedah saraf tidak ada berhenti beroperasi bahkan dikatakan dia, pada malam Idul Fitri saja pihaknya masih melakukan operasi bedah saraf.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR