GridMotor.id - Sering terjadi, kasus motor nyasar dan membingungkan pemotor serta pengguna jalan raya lain.
Yang sering terjadi, adalah kasus pemotor masuk jalan tol, yang kita tahu dilarang dilewati motor umum.
Rupanya salah satu penyebab mengapa pemotor sering nyasar, justru karena mengikuti arahan dari Global Positioning Sensor (GPS).
Salah satu aplikasi GPS di smartphone yang populer adalah Google Maps, yang kalau kurang cermat menggunakannya, malah bikin nyasar.
Baca Juga: Brutal! Video Detik-detik Pengendara Yamaha NMAX Pukul Spion Mobil Berujung Perkelahian di Jalanan
Seperti yang dialami Philippe, seorang turis asal Prancis yang menerobos jalur tol ruas Malang-Pandaan, Senin (7/10/2019) menggunakan motor.
Dikutip dari Kompas.com, Philippe mengaku akan menuju ke Taman Safari Pasuruan dengan bantuan Google Maps.
Philippe lalu dihentikan oleh petugas, yang kebetulan sedang melaksanakan patroli rutin di ruas Tol JSM.
Pada polisi, Philippe menjelaskan kalau jalurnya sudah benar, sesuai dengan petunjuk di peta Google Maps.
Namun, oleh polisi dijelaskan jika jalur tol khusus dilewati oleh kendaraan roda empat.
Rupanya, ada beberapa kemungkinan mengapa Google Maps memberi arahan yang tak akurat pada penggunanya.
Di antaranya adalah kemungkinan adanya kesalahan pada aplikasi, atau pengaruh kualitas sinyal seluler pada ponsel yang digunakan.
Padahal di negara lain seperti Amerika dan Eropa, Google Maps jauh lebih akurat.
Baca Juga: Sedih, Setelah Tertipu Order Fiktif Rp 600 Ribu, Bapak Tua Driver Ojol Ini Malah Kehilangan Motornya
Mark Graham, seorang profesor dari Universitas Oxford mengatakan hal ini terjadi karena database pemetaan di sana jauh lebih kaya.
Kasus bikin nyasar pemotor oleh Google Maps, juga sering dialami para driver ojek online (ojol).
Beberapa driver ojol dibuat bingung dengan posisi penumpang, yang bergeser jauh dari lokasi penjemputan atau pengantaran.
Seperti yang diucapkan Reyhan, pengemudi Go-Jek di kawasan Halim, Jakarta Timur.
Ia sering dibuat bingung mencari alamat saat mengantar atau menjemput penumpang.
"Sering, Mas, apalagi kalau jemput penumpangnya itu di daerah perumahan. Notifikasinya di mana, tahunya orangnya dimana, beda gitu," ucap Reyhan kepada Kompas.com di Jakarta Timur.
Hal senada juga disampaikan pengendara Go-Jek lainnya, Marlin.
Ia mengaku pernah tersasar ke daerah lain yang membuatnya kehilangan konsumen.
Baca Juga: Sadis bro, Korban Tewas Ditusuk Cuma Gara Gara Lempar Kunci Motor
"Jemputnya di Jakarta Timur, tetapi arahnya dikasih ke utara ke kawasan Cempaka Putih gesernya sampai 9 km lebih," kata Marlin.
Ia mengatakan, kondisi tersebut kerap terjadi karena beberapa hal.
Mulai dari GPS yang kurang update sampai perilaku konsumen yang tidak detail mencantumkan titik jemput atau pengantaran.
"Biasanya ada nama jalan dan gang yang sama, satu di Utara satu di Timur. Nah, ini kalau tidak diperhatikan sama konsumen bisa terbalik, kami juga jadi bingung kan," ucapnya.
Baca Juga: Kunci Gelar Juara Dunia MotoGP 2019, Marc Marquez Malah Diminta Pensiun, Waduh
Ia lebih memilih cara konvensional dengan langsung bertanya kepada konsumen, atau kepada orang lain di jalan.
"Lebih baik minggir nanya sama orang dari pada andelin GPS. Kalau sudah mentok banget, baru telepon orang yang pesan," kata Marlin.
Karena itulah, para driver ojol meminta untuk konsumen tidak langsung menyalahkan driver jika telat mengantar.
Bisa jadi, sang driver tersasar oleh aplikasi GPS, sehingga terlambat mengantar konsumen ataupun paket.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR