Ia mengatakan, transportasi daring termasuk ojol adalah multisided market dimana ada banyak jenis konsumen yang dilayani oleh sebuah platform.
Bukan hanya dari sisi mitra driver saja, namun juga dari sisi konsumen akhir atau penumpang dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Jika permintaan industri bersifat elastis, sudah pasti mitra driver yang akan rugi karena secara total pendapatan akan menurun. Maka hal ini kontradiktif dengan kesejahteraan mitra driver yang ingin dicapai dengan adanya perubahan ini," tambah Huda.
Dari sisi lain, Huda menyebut, para pelaku UMKM mitra layanan pesan antar makanan juga akan terdampak karena permintaan akan berkurang.
Para konsumen belum tentu berkenan untuk naik kendaraan pribadi ke tempat makan jika jaraknya jauh.
Konsumen akan mempertimbangkan untuk membeli makanan dan minuman yang lebih dekat secara jarak.
Selain itu, para konsumen juga enggan mengantre yang tentu akan menurunkan permintaan dari produk pelaku UMKM mitra layanan pesan antar makanan.
"Jadi saya rasa pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan kenaikan tarif ojol ini dan melihat sebesar-besar elastisitas dari produk atau layanan" tambahnya.
Baca Juga: Tarif Ojol Naik Diundur, Kemenhub Beri Penjelasan
"Jangan juga kebijakan ini menimbulkan perang harga antar platform yang akan membuat industri tidak sehat," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sederet Dampak Kenaikan Tarif Ojol: Inflasi Tinggi hingga Tambah Macet "