"Karena penggunaan aplikasi MyPertamina membutuhkan smarthpone yang terhubung ke internet. Belum juga literasi digital masyarakat yang masih tergolong rendah," ujar Ikram dikutip dari Tribunnews.com.
Alasan kedua, PT Pertamina tidak melakukan sosialisasi secara baik kepada masyarakat.
"Tidak dilakukan sosialisasi dan edukasi di tahap awal, ujung- ujung dilakukan launching dan uji coba, ini terlalu gegabah. Masyarakat perlu beradaptasi sebelum menggunakan aplikasi MyPertamina," lanjutnya.
Justru uji coba pembelian Pertalite dan Solar bersubsidi menggunakan aplikasi MyPertamina membuat kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu, Ikram kembali meminta kebijakan tersebut tidak dilanjutkan.
"Untuk saat ini sebaiknya tidak dilanjutkan," tegasnya.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi mengatakan penggunakan aplikasi MyPertamina untuk distribusi BBM bersubsidi tidak cocok.
Soalnya pihak-pihak yang berhak mendapatkan subsidi justru tidak memiliki akses ke aplikasi MyPertamina dengan berbagai alasan seperti tidak memiliki smartphone atau gagap teknologi.
Sehingga Fahmy menyarankan, pendistribusian BBM bersubisi menggunakan sistem by target yang lebih sederhana di lapangan.
"Misalnya untuk Pertalite hanya diperuntukkan untuk seluruh sepeda motor. Sementara Solar untuk operator anggutan barang atau orang. Termasuk juga nelayan tradisional. Cara ini lebih mudah untuk diterapkan," urainya.
Nah, kalau brother setuju atau enggak dengan pemakaian aplikasi MyPertamina untuk beli Pertalite?
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "PB HMI Minta Uji Coba Penggunaan Aplikasi MyPertamina untuk Beli Pertalite dan Solar Dihentikan"