Gridmotor.id - Banyak bikers yang beralih dari rokok konvensional ke vape, hendaknya wajib tahu pro dan kontra dampak dari vape untuk kesehatan.
Setelah tahu, keputusan ada di pribadi masing-masing bertahan dengan rokok konvensional atau beralih ke vape.
Tentunya, yang lebih baik adalah tidak merokok dan tidak nge-vape.
Selama ini, penelitian soal vape yang dikeluarkan kebanyakan bersumber dari luar negeri.
Kondisi tersebut memunculkan keraguan di banyak banyak orang.
Apalagi, ada pula yang memahami kondisi tubuh orang Indonesia dan lingkungan tempat hidup yang berbeda dengan luar negeri, tentu memerlukan pendekatan yang berbeda.
Pendiri dan Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Prof Ahmad Syawqie Yazid mengatakan, berdasarkan hasil penelitian dia, efek vape ada di bawah rokok.
Kesimpulan itu dia ambil dari penelitian kecil dengan mengambil sampel dari 50 orang.
Baca Juga: Sadis, Cuma Gara-gara Urusan Rokok, Pengendara Yamaha V-Ixion Dikeroyok Gerombolan Bacil
Sementara, mengenai dampak vape bagi perokok pasif, Syawqie mengatakan, berdasarkan penelitian tahun 2012 diungkap, dampak dari uap yang ada di ruangan amat minimal.
Itu artinya, kata Ahmad, uap vape aman dibanding asap tembakau yang dibakar.
Selain itu, dalam rokok, terdapat tar, karsinogen, dan lainnya yang asapnya bisa menempel ke baju dan menimbulkan masalah kesehatan.
Kesimpulan tersebut dibantah oleh perwakilan Departemen Penyakit Dalam Divisi Respirologi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr Iceu Dimas Kultsum SpPD.
Baca Juga: Jangan Dikucek, Begini Pertolongan Pertama Saat Mata Kemasukan Abu Rokok Pemotor
Iceu mengatakan, perbedaan vape dengan rokok konvensional hanyalah kandungan tembakau.
Rokok konvensional menggunakan tembakau, vape tidak.
“Tapi vape mengandung zat lain yang sama berbahaya dengan rokok konvensional,” ungkap Iceu.
Iceu mengatakan, dalam sejumlah penelitian disebutkan, vape mengandung formaldehida, benzena, dan akrolein.
Baca Juga: Masih Banyak Pemotor Bandel Merokok Saat Berkendara, Ini Bahaya Abu Rokok Kalau Kena Mata
Zat kimia tersebut bersifat karsinogenik yang bisa memicu kanker. Cara kerjanya, zat itu akan merusak inti sel hingga terjadi perubahan struktur.
Perubahan ini selanjutnya menjadi asal muasal menjadi kanker.
“(Dalam penelitian) ada yang menghubungkan dengan kanker paru dan kanker kantung kencing,” imbuhnya.
Penelitian itu baru hasil penelitian awal, karena vape merupakan barang baru.
Berbeda dengan rokok tembakau yang sudah puluhan tahun, sehingga laporan komposisi dalam rokok lebih detil.
“Meski zat kimia yang ditemukan belum selengkap rokok konvensional. Tapi cukup untuk menggambarkan vape tidak benar-benar aman,” imbuh lulusan Universitas Padjadajaran (Unpad) Bandung ini.
Selain itu, nikotin yang ada dalam vape membuat pemakainya ketagihan.
Karenanya salah jika orang beranggapan vape menjadi jembatan untuk berhenti merokok.
Baca Juga: Menegangkan, Video Dua Pemotor Adu Mulut Gara-gara Merokok Sambil Naik Motor
Tak hanya bagi pemakai vape, ancaman kesehatan ini pun berlaku bagi perokok pasif atau orang yang menghirupnya.
Sebab, asap yang dihasilkan dari vape mengandung zat yang sama.
Risiko kanker Iceu mengungkapkan, proses pemakai vape hingga akhirnya mengalami gangguan kesehatan memerlukan waktu tergantung dari karakteristik orang tersebut.
“Ada yang satu tahun, ada yang lima tahun. Setiap orang berbeda tergantung karakteristik dan kondisi sel orang itu,” ucap dia.
Misal ada orang yang seumur hidup merokok, tapi tidak terkena kanker.
Itu bisa terjadi karena di badannya tidak memiliki bakat untuk sel kanker.
“Yang lain, satu tahun merokok vape muncul kanker. Salah satu faktor seseorang terkena kanker adalah ia memiliki sel yang berbakat untuk berubah menjadi sel kanker,” tegas dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menelisik Pro Kontra Dampak Vape untuk Kesehatan..."