Menuai Pro dan Kontra, Begini Komentar Komunitas Pengawal Ambulans Yang Pakai Sirine dan Strobo

By Indra Fikri, Jumat, 8 November 2019 | 21:30 WIB

Sempat menuai pro dan kontra, akhirnya komunitas pengawal ambulans yang menggunakan sirine dan strobo buka suara.

Gridmotor.id - Sempat menuai pro dan kontra, akhirnya komunitas pengawal ambulans yang menggunakan sirine dan strobo buka suara.

Hal ini dikarenakan kemacetan yang semakin meningkat, memaksa komunitas motor pengawal ambulans bergerak mengawal ambulans sampai ke Rumah Sakit tujuan.

Namun, sirene dan strobo yang digunakan oleh komunitas ini malah menuai pro dan kontra.

Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Fahri Siregar, mengatakan, walaupun komunitas pengawalan ambulans memiliki niat yang baik untuk membantu, tapi undang-undang sudah mengatur terkait penggunaan rotator dan sirene.

Baca Juga: Videonya Viral, Oknum Polisi yang Terlibat Keributan dengan Sopir Ambulans Akhirnya Dinonaktifkan

Baca Juga: Tebing Tinggi Mencekam, Video Sopir Ambulans Terlibat Keributan dengan Oknum Polisi, Pemotor Ketakutan

Penggunaan rotator dan sirene sudah diatur dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ) pasal 135.

Yang menyatakan, kendaraan yang mendapat hak utama sebagaimana dimaksud dalam pasal 134 harus dikawal oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau menggunakan isyarat lampu merah atau biru dan bunyi sirene.

Komunitas motor pengawal ambulans, Indonesia Escorting Ambulance (IEA) Tri Haryono, yang merupakan salah satu anggota IEA Depok, mengatakan, komunitasnya tidak mewajibkan untuk anggotanya menggunakan rotator dan sirene.

"Tapi, untuk anggota yang menggunakan rotator dan sirene, sudah menjadi tanggung jawab mereka masing-masing. Selain itu, penggunaannya juga kita pantau. Selama darurat, boleh digunakan," ujar Tri, kepada Kompas.com.

Baca Juga: Yamaha NMAX Mendadak Jadi Ambulans, Berkaca dari Kasus Horor Brexit Tahun 2016

Tri menambahkan, apabila ada anggotanya yang menyalahi aturan pemakaian, pasti akan diproses.

Sebab, IEA sendiri sadar penggunaan rotator tidak bisa sembarangan dan etika penggunaan sirene pun diatur.

"Kami hanya menanggapinya dari sisi kemanusiaan. Kami hanya membantu tugas kepolisian, karena tidak selamanya ada pengawalan dari polisi. Kami hanya bergerak atas dasar dari hati ke hati, resikonya pun sudah kami tanggung sendiri," kata Tri.

Tri juga mengatakan, dalam melakukan tugasnya, IEA juga berkoordinasi dengan petugas kepolisian setempat.

Baca Juga: Indonesian Escorting Ambulans (IEA), Sigap Membelah Kemacetan Demi Menyelamatan Nyawa Orang Lain

"Setiap ambulans mau berangkat, kita lihat kondisi pasien. Apabila urgen, pasti di setiap lampu merah, ada anggota kita yang kerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengatur lalu lintas. Jadi, ambulans bisa langsung jalan," ujar Tri.

Ke depannya, Tri berharap pihaknya diberikan kelonggaran dalam hal penggunaan rotator dan sirene, serta pembimbingan dari Korps Lalu Lintas Polri agar bisa lebih bersinergi.

 

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Komunitas Motor Pengawal Ambulans Bicara Soal Sirene dan Rotator"