Dalam keadaan tersebut, Sugeng juga tidak berani menaikkan tarif, lantaran takut kehilangan penumpangnya.
"Sekarang narik itu susah sehari tidak pasti, kadang narik 2 sampai 3 kali," terangnya.
"Tarifnya masih sama Rp 5.000, mau dinaikkan Rp 7.000 takut penumpang nggak mau naik, masalahnya juga banyak saingannya, ada yang mau ada yang tidak," imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui meski pemerintah telah menetapkan kenaikan harga BBM (BBM naik) namun subsidi tetap dinikmati mereka yang memiliki mobil.
"Dana subsidi ini memang masih akan dinikmati oleh mereka yang punya mobil," ujar Sri Mulyani.
"Jadi memang subsidi yang melalui komoditas seperti BBM, tidak bisa dihindarkan pasti dinikmati oleh kelompok yang memiliki kendaraan yang mengkonsumsi subsidi tersebut," kata dia lagi.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, meski ada penurunan harga minyak dunia, pemerintah masih menanggung selisih harga untuk menyubsidi Pertalite maupun Solar.
Baca Juga: Dampak BBM Naik, Supir Becak Motor di Yogyakarta ingin Pindah ke Becak Biasa
"Jadi subsidi kalau memang melalui komoditas yang tadi saya sampaikan bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM (BBM naik) tadi sekitar di 100 dollar AS," beber Sri Mulyani.
"Atau bahkan kalau pun turun ke 95 dolar AS maka jumlah subsidi BBM dan listrik masih akan sebesar Rp 647 triliun atau Rp 653 triliun, kalau harganya agak menurun sedikit seperti sekarang sampai Desember," ungkap Sri Mulyani.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Curhatan Pengemudi Bentor dan Angkot di Sragen : Sudah Penumpang Sepi, Tak Berani Naikkan Tarif
Source | : | TribunSolo.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR